Penjelasan
tentang Psikoterapi
Istilah “Psikoterapi”
berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”. “Psiko” artinya kejiwaan
atau mental dan “terapi” adalah penyembuhan atau usada. Jadi kalau dibahasa
Indonesiakan psikoterapi dapat disebut usada jiwa atau usada mental.
Istilah psikoterapi (psychotherapy), mempunyai pengertian
yang cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam
berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi,
bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling),
kerja sosial (case work), pendidikan
dan ilmu agama.
Psikoterapi adalah
pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau penerapan pada teknik khusus
pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari. Atau penyembuhan lewat keyakinan agama, dan diskusi personal
dengan para guru atau teman.
Lewis R. Wolberg. MO
(1997) dalam bukunya Hamdani Bakran yang berjudul “Konseling dan Psikoterapi
Islam” mengatakan bahwa:
Psikoterapi adalah
perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang
berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan
hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: (1) menghilangkan, mengubah
atau menemukan gejala-gejala yang ada, (2) memperantarai (perbaikan) pola
tingkah laku yang rusak, dan (3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan
yang positif.
Psikoterapi adalah
proses profesional dengan menggunakan kode etik tertentu. Ada aturan tertentu
kalau proses itu psikoterapi. Antara lain aturan itu menyangkut biaya, waktu,
tempat, alat-alat yang digunakan, teknik-teknik yang diterapkan, landasan teori
yang mendasari proses terapi.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:
- Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya,
- Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
- Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa para ahli diatas, dapat
disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan
penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi, dimana adanya interaksi
antara dua orang yang disebut terapis dan pasien.
Dengan demikian
perawatan psikologis melalui psikoterapi adalah perawatan yang secara umum
mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologis terhadap pasien
yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. Sebagaimana
diketahui, bahwa hambatan pada penderita juga dapatb dilakukan dengan
pendekatan dari bidang kedokteran, antaralain dengan farmakoterapi.
Tujuan
dari Psikoterapi dan contoh:
A. Pendekatan Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah aliran psikologi yang memberi penekanan khusus
pada peran ketidaksadaran. Pendekatan ini berfokus pada mengubah masalah
perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya
tersembunyi di pikiran bawah sadar. Dua tokoh utama dalam psikoanalisis yaitu
Sigmund Feud (1856-1939) yang menciptakan Psychodynamic
(Psikodinamik) pertama kali, ia adalah seorang neurologist dari Austria, dan
Carl Gustav Jung yang dikenal dengan teori Psikologi Analitis.
Psikoanalisis
sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotic
pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan
yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang
traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Pada tahun 1885 dan 1905,
Freud mencoba menggunakan hypnosis
sebagai sarana terapeutik untuk regresi dan katarsis. Kemudian ia mengembangkan
metode asosiasi bebas. Di akhir karirnya, Freud menyarankan perlunya
mengkombinasikan teknik-teknik psikoanalisis dengan hypnosis untuk membuat terapi menjadi lebih singkat dan efektif.
Teknik ini dikenal dengan nama hypnoanalisis.
Freud
menjelaskan cara kerja psike manusia, terdapat 2 wilayah psike yang utama yaitu
kesadaran dan ketidaksadaran. Kesadaran diibaratkan sebagai gunung es yang
kelihatan, sementara ketidaksadaran adalah bagian terbesar gunung es yang
terbenam di bawah permukaan laut. Freud menambahkan bahwa diantara kesadaran
dan ketidaksadaran ada yang namanya prasadar, yang berisi ingatan-ingatan yang
sewaktu-waktu masih bisa diangkat ke kesadaran. Dalam ketidaksadaran berisi
insting dan pengalaman traumatis yang direpresi.
Psikoanalisis
menunjukkan kepada kita bahwa dunia ketidaksadaran adalah dunia psikis yang
sangat luas sekaligus sangat bernilai. Teori dan praktek psikodinamik sekarang
ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan
pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Beberapa teknik
dasar dalam pendekatan psikoanalisa:
1)
Asosiasi
bebas: teknik untuk mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan yang
berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau dan apa saja yang terjadi
pada dirinya dengan leluasa, tanpa dihambat atau dikritik serta tanpa perlu
berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan penuh arti (Hall & Lindzey,
1993).
2)
Interpretasi:
teknik yang digunakan untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi perasaan pasien, dengan tujuan untuk menemukan materi yang tidak
disadari.
3)
Analisis
mimpi: karena mimpi merupakan ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan yang
terdesak, maka teknik ini untuk mencari isi mimpi yang laten (tersembunyi) sehingga dapat ditemukan sumber-sumber
konflik terdesak.
4)
Analisis
resistensi: salah satu teknik dimana pasien enggan untuk mengungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya. Namun terapis harus dapat menerobos
pertahanan diri pasien agar dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan
ditafsirkan, sehingga pasien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5)
Analisis
transferensi: dilakukan dengan mengusahakan agar pasien dapat mengembangkan
transferensinya guna mengungkapkan kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa
kanak-kanak.
Tujuan dari
pendekatan metode psikoanalisis adalah supaya pasien bisa menyadari apa yang
sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah
di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, pasien perlu menggali bawah
sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka
seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa
metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance
Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing,
Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
Contoh: Seorang
perempuan bernama Sarah yang berusia 30 tahun diketahui belum menikah
dikarenakan ia mempunyai rasa benci yang amat mendalam terhadap seorang pria.
Akhirnya ia datang ke seorang terapis. Setelah ditelusuri lebih lanjut,
ternyata Sarah mempunyai masa lalu yang kelam. Ayahnya meninggal ketika ia
masih berumur 6 tahun. Pada saat remaja, ia sering kali dilecehkan oleh seorang
pria yang berusia sekitar 20an yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal
Sarah. Pada saat itu, Sarah tidak berani menceritakan ke ibunya karena diancam
oleh laki-laki tersebut. Itu sebabnya Sarah menganggap bahwa semua laki-laki
itu jahat, maka ia sangat benci terhadap laki-laki.
B. Pendekatan Behaviorisme
Steven Jay Lynn dan John P. Garske
(dalam Sanyata, 2012) menyebutkan bahwa teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai
modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior
therapy), sedangkan menurut Carlton E. Beck (dalam Sanyata, 2012) istilah
ini dikenal dengan behavior therapy, behavior counseling, reinforcement
therapy, behavior modification, contingency management. Istilah pendekatan
behavior pertama kali digunakan oleh Lindzey pada tahun 1954 dan kemudian lebih
dikenalkan oleh Lazarus pada tahun 1958. Istilah pendekatan tingkah laku lebih
dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat lebih terkenal dengan istilah behavior
modification. Pendekatan behaviorisme
ini berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
proses belajar sepanjang hidup.
Menurut Franks (dalam Gunarsa, 2007)
ada hal- hal yang sangat berpengaruh terhadap munculnya behavior therapy, yaitu:
1) Hasil penelitian dan tulisan dari
I.P. Pavlov (1927, 1928) mengenai percobaan-percobaan dan hasilnya yang telah
dilakukan dengan mempergunakan hewan percobaannya (anjing), yang sekarang
dikenal dengan nama Classical
Conditioning atau Associative
Learning.
2) Hasil penelitian dan tulisan dari
E.L. Thorndike mengenai proses belajar dengan hadiah yang menghasilkan hukum
efek (law of effect), dikenal dengan
nama kondisioning aktif atau operant
conditioning dan perilaku instrumental.
Operant Conditioning, yaitu
konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari
hukuman.
Menurut Corey (dalam Gunarsa, 2007)
terdapat beberapa tahap dalam psikoterapi pendekatan behavioristic, diantaranya:
1) Tahap kondisioning klasik, dimana perilaku yang baru dihasilkan dari individu
sevcara pasif.
2) Tahap kondisioning aktif (operant),
dimana perubahan-perubahan di lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku
bisa berfungsi sebagai penguat-ulang (reinforce)
agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan, sehingga kemungkinan perilaku
tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat.
3) Tahap kognitif, berperan
baik dalam proses pemahaman maupun perlakuan terhadap pasien.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia
bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau
aksi-reaksi). Tujuan dari terapi perilaku secara umum adalah untuk menghilangkan
pola-pola perilaku maladaptive dan
membantu mempelajari perilaku yang efektif/konstruktif, mengubah tingkah laku maladaptive seseorang serta menciptakan
kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadinya proses belajar ulang.
Pendekatan ini dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah
laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok.
Berbagai metode psikoterapi yang
termasuk dalam pendekatan behavior
therapy adalah Exposure and Respon
Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding,
Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching
Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
Contoh: Pada kasus fobia
anjing, penderita fobia mengasosiasikan anjing sebagai sumber kecemasan dan
ketakutan karena waktu kecil dia pernah melihat orang yang berlari-lari
ketakutan terhadap anjing. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika
saya melihat anjing maka respon saya adalah perilaku ketakutan sambil berlari
menjauhi anjing". Jadi setiap kali ia melhat anjing ia merasa cemas
dan takut, bahkan hanya melihat gambar anjing saja ia merasa cemas.
C. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa
setiap manusia itu unik dan setiap manusia mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Menurut Psikologi Humanistik (dalam Basuki, 2008), manusia adalah
makhluk kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya
sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang
psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan
perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi pasien melainkan
memberi kesempatan pada pasien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas
dasar kesadarannya sendiri.
Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan
disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada
apa yang dialami klien saat ini. Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis
psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu
mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk
memperluas self-insight klien.
Bentuk utama dari terapi humanistik adalah Terapi berpusat individu
(client-centered teraphy). Rogers percaya bahwa orang-orang memilki kecenderungan
motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan. Dalam
pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat hambatan
yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization.
Tujuan dari pendekatan ini adalah
agar pasien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak atas kemampuannya. Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan
humanistik adalah Gestalt Therapy, Client
Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies,
Transpersonal Psychotherapy dan Existential
Psychotherapy.
Contoh: Seorang
mahasiswi yang bernama Ika semester akhir
sedang merasakan kekhawatiran karena ia akan dilamar oleh pemuda idaman
orang tuanya. Keduanya sudah pernah bertemu pada acara keluarga. Menurutnya,
pemuda itu mempunyai akhlak yang baik dan sudah bekerja sebagai pegawai negri
sipil. Ika menjadi ragu untuk menghadapi lamaran itu karena selama ini dia
tidak pernah memiliki teman pria yang special/pacar. Karena teman laki-laki Ika
dulu saat masih SMA sudah meninggal karena kecelakaan saat mereka berdua
berboncengan motor dari pulang sekolah. Sejak informasi bahwa ada pemuda yang
akan melamarnya, perasaannya menjadi asing, dia ingin memberikan kepercayaan
namun sangat sulit baginya. Ika selalu terbayang bahwa dia bisa saja kehilangan
lagi orang yang dia kasihi, namun disisi lain Ika merasakan kesepian dan
membutuhkan seorang teman yang bisa memahaminya. Ketidakkonsistenan dan
pertentangan ini membuat Ika menjadi bingung dan datang ke seorang terapis.
D. Pendekatan Kognitif
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) adalah
terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangka
waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya
kecemasan atau depresi. Terapi kognitif punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk
bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive
Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan
disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive
therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Menurut
Emair (dalam Selvera, 2013) Terapi kognitif untuk mengatasi keyakinan-keyakinan
negatif atau kesalahan dalam proses kognitif pada individu yang mengalami
gangguan somatisasi. Terapi kognitif adalah bentuk terapi di mana pasien atau
subjek diajarkan keterampilan mengidentifikasi,mengevaluasi dan menanggapi
dirinya sendiri sehingga mengalahkan pikiran-pikiran yang menyimpang serta
menerapkan terapi kognitif untuk mengubah pikiran, suasana hati dan perilaku
pada penderita gangguan somatisasi. Tujuan utama dalam pendekatan Cognitive adalah mengubah pola pikir
dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive
adalah Collaborative Empiricism, Guided
Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive
Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)
dan sebagainya.
Contoh: ada
seorang pria paruh baya yang datang ke seorang terapis untuk mengatasi
ketakutannya terhadap legenda masyarakat mengenai hantu. Ia mengatakan bahwa
jika ia mengaca pada malam hari dan mengatakan “bum ba bum” maka hantu
akan datang dan membunuhnya.
Psikoterapi
menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha
pencegahannya.
Konseling bertujuan
dalam membantu seseorang menghadapi tugas-tugas perkembangan agar bisa
berlangsung lancar.
Menurur
Mowrer (1953), konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami
gangguan kecemasan biasa (normal anxiety),
sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang menderita
neurosis-kecemasan (neurotic anxiety).
Brammer
& Shostroom (1977) mengemukakan bahwa:
1.
Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti:
educational, supportive, vocational, situasional, problem solving, conscious
awareness, normal, present-time, short therm.
2.
Psikoterapi ditandai oleh: supportive(dalam keadaan
krisis), reconstructive, depthemphasis, analitycal, focus on the past,
neurotics and other severe emotional problems and long term.
Perbedaan konseling
dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang
dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983) sebagai berikut:
- · Konseling untuk:
-
Klien
-
Gangguan yang kurang serius
-
Masalah: jabatan, pendidikan
-
Berhubungan dengan pencegahan
-
Lingkungan pendidikan dan nonmedis
-
Berhubungan dengan kesadaran
-
Metode pendidikan
- · Psikoterapi untuk:
-
Pasien
-
Gangguan yang serius
-
Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
-
Berhubungan dengan penyembuhan
-
Lingkungan medis
-
Berhubungan dengan ketidaksadaran
-
Metode penyembuhan
Terapi dalam
Psikoterapi terdapat bentuk-bentuk utama diantaranya adalah:
1. Tetapi
Supportive (terapi suportif)
a. Definisi
terapi suportif
Suatu bentuk
terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi
dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.
b. Tujuan
dari terapi suportif adalah
• Menaikkan
fungsi psikologi dan sosial
• Menyokong
harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
• Menyadari
realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
• Mencegah
terjadinya relaps
• Bertujuan
agar penyesuaian baik
• Mencegah
ketergantungan pada dokter
•
Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga
c.
Macam-macam teknik terapi suportif:
(1)
Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif dengan
cara memberikan fakta dan interpretasi' dalam bidang pendidikan, pekerjaan,
hubungan sosial dan bidang-bidang Kesehatan
(2)
Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem
emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur lingkungan
yang tidak menguntungkan
(3)
Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang
mengalami keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar klien
dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun mengembangkan
kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenis-jenis eksternalisasi
perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak dan tari, terapi
syair, terapi sosial
(4)
Sugesti-prestis, yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni memberikan
pengaruh psikis tanpa daya kritik
(5)
Meyakinkan kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap
terapi. Klien yang merasa dieengkam ketakutan yang irasional perlu ditenangkan
dan dihibur.Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan tersebut secara
terbuka dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan itu tidak rasional
atau tidak berdasar
(6) Dorongan
dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-'ara' dan punishment untuk
menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya dengan cara
klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang menimbulkan neurotik,
berusaha menghilangkan atau mengurangi intcnsitasnya sampai di bawah titik
kritis
(7)
Persuasi, yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien mempunyai
sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan kekuatan dan kemampuan
ataupun dengan menggunakan common sensenya sendiri, sebab pada umumnya orang
yang menderita gangguan jiwa dalam keadaan intelek tertutup emosi
(8)
Pengakuan dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada orang
lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien, sebab dengan
adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan yang mengganjal dapat
dilepaskan (katarsis)
(9)Terapi
kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari klien yang
memiliki problem sejenis
2. Terapi
reeducative (Reedukatif)
A. Definisi
Terapi reedukatif
Membangkitkan
pengertian pada penderita tentang konflik-konflik jiwa yang dikandungnya,yang terutama
terletak dalam alam sadarnya.terapi ini lebih banyak menempatkan konflik
konflik alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali,
memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi-potensi
kreatif yang ada.
B. Contoh
Psikoterapi Reedukatif:
Terapi
Manusia : Terapi
untuk kepentingan individu
Terapi
kelompok : Terapi
untuk kepentingan kelompok
Terapi
Keluarga : Berkaitan
tentang relasi terdekat
3. Terapi
Reconstructive(rekonstruktif)
A. Definisi
Terapi Rekonstruktif
Terapi
Rekonstruktif yakni menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi
bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi atau lebih mudahnya
Dicapainya tilikan (insight) akan
konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang.
B. Tujuan
Terapi Rekonstruktif
Perombakan
radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian
diri yang lebih efisien,akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional
dengandilahirkannya potensi adaptif baru
C. Cara atau
pendekatan
Psikoanalisis
klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut,
dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
D. Teknik
Psikoanalisis Freud
Freud
membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari
ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling
penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di
dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan
instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan
unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang
memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud
mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind
apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi
konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak
disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan
yang segera.
Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang
mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego,
berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu
atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego
dengan menimbulkan rasa salah.
Sumber:
Gunarsa,
Singgih D. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung
Mulia.
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Gunarsa, S.D. (2007). KONSELING
DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
https://books.google.co.id/books?id=-vjvjGDxJi4C&pg=PA85&lpg=PA85&dq=perbedaan+psikoterapi+dan+konseling&source=bl&ots=nyfqNdX05l&sig=2c5QfdWcIwf-